Rasa Aman Di hati

 Dalam lingkungan kita, seringkali kita temukan begitu banyak orang yang melebihi diri kita dari segi harta-benda, simbol, penghormatan, posisi jabatan, dan tingkat sosial. Hal ini seringkali banyak membuat sebagian orang menjadi rendah diri, bahkan kehilangan kepercayaan diri. Tidak ada sebuah "pegangan" yang mampu memberikan kekuatan diri sejati. Tidak ada satu pun "pedoman" atau "pegangan" yang dapat menandingi keyakinan akan Allah Yang Agung, yang dengannya kita mampu membangun kepercayaan diri yang mumpuni. Kekuatan iman mampu menjadi jalan tengah yang memadukan antara ilmu dan iman; dunia dan akhirat.

Saat dunia usaha Indonesia sedang menghadapi badai yang dahsyat. Tingkat inflasi tinggi, nilai rupiah yang tidak menentu, harga-harga menjulang tinggi dan tidak adanya kepastian hukum. Banyak perusahaan gulung tikar atau mati suri. Korban PHK dimana-mana. Sebagian besar korban merasa putus asa dan banyak yang melarikan diri ke obat-obatan terlarang. Hanya sebagian kecil yang mampu bangkit kembali, apalagi yang mampu bertahan mungkin amatlah jarang. Usaha mereka memang hancur, namun prinsip mereka tetap kokoh, dan rasa tentram tetap mereka miliki, mereka mampu melihat diri sebagai subyek dan pada akhirnya mampu keluar dari problematika yang menimpa dirinya.

Berprinsip pada sesuatu yang abadi adalah jawaban atas semua permasalahan. Rasa aman kita berasal dari pengetahuan,bahwa prinsip itu berbeda dengan pusat-pusat lainnya yang didasari kepada orang atau sesuatu yang selalu dan seketika dapat berubah-ubah, namun prinsip yang benar tidaklah berubah. Prinsip itu kekal, tak peduli apapun yang terjadi, tidak akan goyah meski kehilangan jabatan, harta, orang-orang kesayangan, kawan, penghargaan, bahkan penyiksaan.

Yang berkata (dengan hati yang yakin), bila bencana menimpa dirinya. Sungguh, kita adalah milik Allah, dan kepada-Nya kita kembali. (QS Al Baqarah 156).