Lahirnya Kesadaran Diri

 Kemampuan melihat sesuatu secara jernih dan obyektif harus didahului dengan kemampuan mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi. Sehingga manusia akan mampu melihat dengan mata hati, mampu memilih dengan tepat, memprioritaskan dengan benar. Dari cara melihat yang obyektif dengan cara adil dan bijaksana sesuai dengan suara hati maka keputusan yang akan diambil menjadi benar.

Ketahuilah! Mereka melipat hatinya, supaya (pikirannya) tersembunyi daripada (Allah). Ingatlah! Pada waktu mereka menutupi dirinya dengan bajunya, (Allah) mengetahui apa yang mereka sembunyikan, dan apa yang mereka nyatakan. Sunnguh, Ia mengetahui segala isi hati. (QS Huud 5).

Menyebutkan suara-suara hati secara berulang-ulang, melalui ucapan, pikiran dan hati sekaligus, mampu mendorong kita untuk selalu dalam keadaan suci dan bersih. Kita akan mampu melihat semua permasalahan tanpa didasari latar belakang, interest, pembanding dari sudut pandang subyektif, tetapi melihat sesuatu secara apa adanya.

Hati kita seperti tanah tempat bercocok tanam, sedangkan tanaman adalah ide, visi, atau gagasan. Apabila tanah tersebut sudah tercemar dan rusak, maka tanaman akan rusak dan mati. Begitu pula dengan ide dan gagasan, apabila ditanam pada pikiran yang kotor, maka yang tumbuh kemudian adalah tunas-tunas berpenyakit yang telah tercemar. jadi sebelum merespon suatu permasalahan, melihat suatu peluang, menyusun rencana, atau mengambil sebuah langkah, maka langkah terpenting pertama adalah periksa dulu hati dan pikiran kita.

Seseorang akan siap menghadapi berbagai rintangan, karena mampu bersikap positif dan tanggap terhadap peluang serta pemikiran baru tanpa dipengaruhi dogma yang membelenggu. Merdeka dalam berpikir akan melahirkan pribadi-pribadi yang kreatif, berwawasan luas, terbuka/fleksibel, dan mampu berpikir jernih.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan mantap kepada agama menurut fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah itu pada manusia. Tiada dapat diubah (hukum-hukum) ciptaan Allah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS Ar Ruum 30).