Pemimpin Yang Dicintai

Anda bisa mencintai orang lain tanpa memimpin merek, tetapi Anda tidak bisa memimpin orang lain tanpa mencintai mereka. Pernyataan ini, melukiskan tentang seorang pemimpin yang harus mampu berhubungan secara baik dengan orang lain. Seorang pemimpin tidak hanya bisa menunjukkan prestasi kerjanya saja, namun ia harus mencintai dan dicintai orang lain.

Selau berusaha mengerti dan menghargai setiap individu, dan selalu bersikap pengasih dan penyayang. Berbeda dengan teknik sekarang yang banyak diajarkan, yang lebih menekankan pada teknik luar (kulit/permukaan) seperti; senyum, mau mendengar, atau fokus pada minat orang lain. Sedangkan Nabi Muhammad SAW lebih dari sekedar kulit/permukaan. Ia lebih memilih untuk menanamkan pengaruhnya lewat inner beauty nya yang begitu memukau dan tanpa cacat. Yang membuat dakwah tersebut berkembang, sebenarnya adalah keteladanan Nabi Muhammad SAW yang begitu memukau. Pandangannya kepada orang yang lemah, terhadap piatu, orang yang sengsara dan miskin adalah pandangan seorang pemimpin yang penuh kasih dan lemah lembut. Sikap pengasih dan penyayang-nyalah yang sesungguhnya menjadi landasan dasar perjuangannya, hingga Nabi Muhammad SAW berhasil menapaki tangga-tangga kepemimpinan tersebut sampai pada kepemimpinan yang dicintai.

Inilah contoh sifat seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Sifat mulia yang menjadi titik tolak sebelum ia meniti tangga kepemimpinan berikutnya. Pada tahap ini, pengikutnya akan merasa senang untuk berada di dekatnya dan mereka akan mengikutinya karena merasakan sebentuk perhatian yang tulus, kasih sayang dan kejujuran mulia Rasulullah. Nabi Muhammad SAW mampu menunjukkan kepedulian sosial dengan ketulusan hatinya. Ia mampu memupuk hubungan yang baik dengan para sahabat dan lingkungan sosialnya.

Karenanya, maka ia (tiada) tergolong orang beriman yang saling menasihati, supay bersabar dan berkasih-sayang. (QS Al Balad 17).