Prinsip Kepemimpinan

 Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu. ( HR. Tirmizi, Abu Dawud, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).

Selama ini banyak sekali kekeliruan pemahaman tentang arti kepemimpinan. Pada umumnya orang melihat pemimpin adalah sebuah kedudukan atau posisi semata. Akibatnya banyak orang yang mengejar untuk menjadi seorang pemimpin dengan menghalalkan berbagai cara dalam mencapai tujuan tersebut. Mulai dari membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan, menyikut pesaing atau teman atau cara-cara lainnya demi mengejar posisi pemimpin. Pemimpin hasil dari cara seperti ini akan selalu menggunakan kekuasaannya untuk mengarahkan, memperalat, bahkan menguasai orang lain agar orang lain mengikutinya. Umumnya, pemimpin seperti ini suka menekan. Akibatnya, hal tersebut melahirkan pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani, tidak ditaati dan bahkan dibenci.

Alam diciptakan dengan hukum keseimbangan, segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan sesuai dengan neraca keadilan. Ingat mekanisme 'per'. Apabila ditekan, maka per itu akan mengeluarkan daya lenting atau daya dorong sebesar tekanan yang dikeluarkan, untuk mencapai titik keseimbangannya kembali. Begitu pula jiwa manusia, apabila ditekan maka jiwa itu akan mengeluarkan energi atau daya untuk mencapai titik keseimbangannya kembali . Energi itulah yang akan timbul dalam bentuk perjuangan, perlawanan,atau revolusi.

Tetapi menyembah Aku, (karena) inilah jalan yang lurus. (Setan) sungguh telah menyesatkan orang banyak diantara kamu. Maka tiadakah kamu menggunakan pikiran. (QS Yaasiin 61-62).

Gaya kepemimpinan yang melanggar garis demarkasi Allah (sunatullah) hanyalah akan menumbuhsuburkan anarkisme dan keganasan hewaniah. Manusia akan menjadi pemangsa manusia yang lainnya. Itulahyang terjadi ketika yang memimpin adalah otak bukan hati.

Langit Ia tinggikan dan diadakan-Nya neraca (keadilan). (QS Ar Rahman 7)